Pengertian Bimbingan dan Konseling Kelompok

A. Bimbingan Kelompok
Kita sering mendengar istilah kerumunan dan kelompok. Bentuk kerumunan dan kelompok didasarkan atas kenyataan adanya jumlah orang yang terkumpul disuatu tempat karena adanya suatu obyek atau suasana tertentu.
 

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat berkumpulnya sejumlah orang ditempat tertentu karena adanya suatu peristiwa tersebut. Misalnya kecelakaan lalu lintas, kebakaran, pertandingan sepak bola, uraian penjual jamu di pasar, teriakan salesmen mempromosikan produknya di suatu stand pameran, merupakan beberapa contoh peristiwa yang menarik dan mengundang banyak orang untuk berkumpul. Sejumlah orang yang berkumpul ditempat peristiwa itu terjadi, masing-masing bertingkah laku sesuai dengan kepentingannya sendiri-sendiri. Bila kita amati, setiap orang tersebut datang ketempat itu dengan tujuan sendiri-sendiri. Tujuan orang yang satu terlepas dengan tujuan orang yang lainnya. Kalau pun ada kesamaan tujuan, kesamaan itu hanyalah kebetulan belaka. Selanjutnya tingkah laku orang yang satu dengan orang lainnya tidak saling berkaitan. Pola semacam inilah yang disebut sebagai kerumunan.
Selain adanya suasana berkumpulnya orang-orang seperti digambarkan diatas, ada pula suasana berkumpulnya sejumlah orang dengan corak yang lain. Misalnya ayah, ibu dan anak-anak merencakan mengisi waktu luang minggu pagi, mahasiswa dan dosen melaksanakan kuliah, sejumlah warga kampung bergotong royong memperbaiki saluran air, dan sebagainya. Jika pada suasana berkumpulnya orang-orang seperti telah disebutkan dahulu (kecelakaan, pertandingan sepak bola, penjual jamu di pasar, dan sebagainya), tujuan, keberadaan dan tingkah laku orang-orang tersebut tidak saling berkaitan, maka pada suasana berkumpulnya orang-orang sebagaimana contoh yang kedua (dosen dan mahsiswa kuliah, warga kampong bergotong royong, dan sebagainya), tujuan, keberadaan dan tingkah laku orang-orang tersebut saling berkaitan. Di kelas dosen dan mahasiswa mempunyai tujuan yang sama, yaitu agar mahasiswa menguasai dengan baik bahan kuliah yang dipelajari. Dalam suasana kelas semacam ini, baik dosen maupun mahasiswa terikat oleh tata karma hubungan antara dosen dengan mahasiswa, dan mahsiswa dengan mahasiswa. Warga kampung yang bergotong royong, tujuan bersama yang dapat dicapai yaitu saluran menjadi bersih agar pada musim hujan air dapat mengalir dengan lancar. Para warga kampong ini melakukan kegiatan masing-masing tetapi dengan tujuan yang sama. Ada yang mengangkat sampah dari selokan, ada yang membuang sampah, ada yang menyediakan dan mengatur konsumsi, dan sebagainya, semua dilakukan saling mengisi dengan tujuan selokan bersih. Berkumpulnya sejumlah orang yang saling berkaitan satu sama lain ini desebut kelompok.
Pada tingkat yang paling awal berkumpulya sejumlah orang yang membentuk kerumunan itu dapat berkembang menjadi kelompok, yaitu jika kedalamnya dimasukkan ikatan-ikatan tertentu yang mengenai orang-orang didalamnya. Misalnya sekelompok mahasiswa berkerumun di depan ruang kuliah berbicara kesana kemari dengan berbagai topik yang mungkin tidak saling berkaitan. Ketika seorang dosen datang mereka diminta memasuki ruang kuliah. Di dalam kelas mereka bersama-sama membahas bahan-bahan kuliah yang akan datang, referensi yang perlu disediakan, silabi yang perlu dipelajari, dan sebagainya. Para mahasiswa yang semula berkerumun di depan kelas, sekarang mempunyai tujuan bersama yaitu mempersiapkan perkuliahan. Peristiwa ini merupakan contoh kerumunan berubah menjadi kelompok.
Terjadinya suatu kelompok tidak harus diawali dengan adanya kerumunan. Suatu kelompok dapat segera terjadi, juga sebelum orang-orang yang bersangkutan berkumpul terlebih dahulu pada mereka telah diberitahukan tujuan yang akan dicapai dan peranan masing-masing mereka. Dengan demikian, setelah mereka berkumpul mereka tidak lagi merupakan kerumunan yang masing-masing anggotanya tidak saling berkaitan, namun mereka segera mengarah kesuasana kelompok yang masing-masing anggotanya mengetahui tujuan yang akan dicapai dan bertingkah laku sesuai dengan peran masing-masing yang saling berkaitan. Misalnya mahasiswa yang berkumpul di depan kelas membicarakan persiapan kuliah hari ini sesuai dengan silabi yang diberikan dosen, referensi yang mereka peroleh, dan sebagainya. Begitu dosen datang materi pembicaraan berlanjut ke topik perkuliahan yang sebelumnya telah dibicarakan di depan kelas.
Selanjutnya, dapat pula suatu kelompok berubah menjadi kerumunan atau sekedar kumpulan orang-orang, yaitu kalau ikatan diantara mereka itu hilang, misalnya, setelah sekian waktu perkuliahan, tiba-tiba dosen keluar kelas dan berbicara beberapa menit dengan dosen yang lewat di depan kelas. Suasana kelas itu segera berubah tanpa arah, masing-masing mahasiswa bertingkah laku semaunya sendiri, ada yang membolak-balik catatan, ada yang berbicara dengan teman di sebelahnya, ada yang mondar-mandir di kelas, ada yang bersenandung, ada yang membuat catatan (resume) kuliah yang baru saja diterima, ada yang keluar kelas. Suasana kelompok sudah tidak ada lagi dalam kelas itu, bahkan suasana kerumunan pun sebenarnya tidak ada, karena masing-masing mahasiswa benar-benar dengan kesendiriannya masing-masing. Pada suasana kerumunan masih ada faktor yang secara langsung menyebabkan sejumlah orang berkumpul di suatu tempat, yaitu suatu peristiwa yang menarik perhatian orang-orang yang berkumpul itu.
Dari uraian di atas nampak bahwa berkumpulnya sejumlah orang dapat membentuk suatu kerumunan, yaitu jika berkumpulnya orang-orang itu disebabkan karena adanya suatu kejadian yang menarik perhatian mereka tetapi diantara mereka tidak ada kaitan sama sekali, dan dapat pula membentuk kelompok jika terhadap orang-orang yang berkumpul itu berlaku hubungan atau kaitan tertentu antara orang-orang tersebut. Kerumunan dapat berubah menjadi kelompok jika unsur-unsur hubungan antara orang-orang yang ada di dalamnya ditingkatkan, dan sebaliknya kelompok dapat berubah menjadi kerumunan jika unsure-unsur pengikat antar anggota makin mengendor. Kerumunan dan kelompok dapat pula berubah menjadi sekedar kumpulan orang-orang belaka, yaitu kalau unsur penarik perhatian (obyek perhatian yan dapat menimbulkan kerumunan), dan unsur-unsur pengikat antar orang-orang yang berkumpul (yang menimbulkan kelompok) menjadi hilang. Hubungan antara kumpulan orang-orang, kerumunan dan kelompok dapat digambarkan dalam diagram berikut ini.





Setelah kita mengetahui pengertian kelompok, maka kalau kita hubungkan dengan pengertian bimbingan sebagaimana yang telah disebutkan maka dapat diartikan bahwa bimbingan kelompok adalah :
a. Bimbingan yang diberikan kepada sekelompok individu yang mempunyai maslah yang sama.
b. Proses bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada sekelompok individu (siswa atau klien) melalui prosesur kelompok dengan memanfaatkan situasi kelompok dan dinamika kelompok.
Pengertian yang pertama merujuk kepada masalah yang sama sebagai garapan bimbingan kelompok. Di sini guru pembimbing membantu sekelompok individu yang mempunyai masalah yang sama. Dengan bimbingan kelompok, sekelompok individu iotu dapat terbantu pemecahan masalahnya. Praktek dari pengertian yang pertama ini misalnya dalam bentuk sebenarnya layanan informasi studi lanjutan ke Perguruan Tinggi bagi siswa kelas III SMU. Di sini guru pembimbing menganggap bahwa siswa kelas III semuanya membutuhkan informasi tersebut, padahal tidak. Ada sebagian siswa yang mungkin tidak membutuhkannya, karena mereka memang tidak mempunyai niat melanjutkan ke Perguruan Tinggi yang berbagai alasan, ada pula sekelompok siswa yang ingin bekerja. Dengan demikian jika bimbingan diberikan kepada sekelompok individu yang mempunyai masalah yang sama, maka sebenarnya kesamaan masalah ini tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya dialami oleh sekelompok siswa.
Pada pengertian yang kedua, penekanan bimbingan kelompok adalah pada prosedurnya, dimana dengan memanfaatkan situasi kelompok dan dinamika kelompok, sekelompok individu diharapkan dapat mengatasi masalahnya (perorangan atau kelompok). Di sini bimbingan kelompok ditekankan pada terselesaikannya masalah individu (sebagai anggota kelompok). Praktek di sini, setiap individu dapat mengemukakan masalah (yang bersifat umum) yang dihadapinya kepada kelompok. Dari sekian masalah yang muncul kemudian diseleksi masalah mana yang diprioritaskan untuk dipecahkan lebih dahulu. Inilah hakekat dari pengertian masalah yang sama. Sekelompok individu yang mempunyai masalah yang berbeda-beda, tetapi dengan prosedur kelompok disepakati satu masalah yang diprioritaskan dan kemudian menjadi masalah bersama. Selanjutnya pembimbing memanfaatkan situasi kelompok dan dinamika kelompok agar sekelompok individu itu mengalami proses kehidupan kelompok untuk mencapai tujuan bersama, yaitu pemecahan masalah bersama.
B.Konseling Kelompok
Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi terapi seperti sifat permisif, beroeientasi pada kenyataan, katarsis, saling mempercayai, saling memperlakukan dengan mesra, saling pengertian, saling menerima dan saling mendukung. Fungsi-fungsi terapi ini diciptakan dan dikembangkan dalam suatu kelompok kecil melalui cara saling memperdulikan diantara para anggota konseling kelompok, termasuk konselor sendiri. Anggota kelompok dalam konseling kelompok pada dasarnya adalah individu-individu “normal” yang memiliki berbagai kepedulian, persoalan, kepentingan yang tidak memerlukan perubahan kepribadian peserta tidak tolol. Anggota dalam konseling kelompok dapat membenarkan interaksi dalam kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan tertentu, untuk mempelajari atau menghilangkan sikap-sikap dan perilaku tertentu.
Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya, dan selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan (remediation). Dengan demikian, konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangkan perkembangan dan pertumbuhannya. 
 
Sumber : 
Rahardjo Susilo,dkk.Bimbingan dan Konseling Kelompok.2004.Universitas Muria Kudus
Handayani Dwi Kumala Asih.Bimbingan dan Konseling Kelompok.2011.IKIP PGRI SEMARANG.


0 Response to "Pengertian Bimbingan dan Konseling Kelompok"

Post a Comment