Mekanisme Pertahanan Diri

Pengertian Mekanisme Pertahanan Diri
Dalam aliran psikoanalisis dari Sigmund Freud, mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) adalah strategi psikologis yang dilakukan seseorang, sekelompok orang, atau bahkan suatu bangsa untuk berhadapan dengan kenyataan dan mempertahankan citra-diri. Orang yang sehat biasa menggunakan berbagai mekanisme pertahanan selama hidupnya.

Mekanisme tersebut menjadi patologis bila penggunaannya secara terus menerus membuat seseorang berperilaku maladaptive/tidak mampu beradaptasi dengan baik, sehingga kesehatan fisik dan / atau mental orang itu turut terpengaruh. Kegunaan mekanisme pertahan diri adalah untuk melindungi pikiran/diri/ego dari kecemasan, sanksi sosial atau untuk menjadi tempat “mengungsi” dari situasi yang tidak sanggup untuk dihadapi.

Mekanisme pertahanan dilakukan oleh diri sebagai salah satu bagian dalam struktur kepribadian menurut psikoanalisis Freud selain id, dan super ego. Mekanisme tersebut diperlukan saat impuls-impuls dari id mengalami konflik satu sama lain, atau impuls itu mengalami konflik dengan nilai dan kepercayaan dalam super ego, atau bila dirasakan ada ancaman dari luar yang dihadapi ego.

Faktor Penyebab Mekanisme Pertahanan Diri

Faktor penyebab perlunya dilakukan mekanisme pertahanan diri antara lain:

a)    Rasa kecemasan.
Bila kecemasan sudah membuat seseorang merasa sangat terganggu, maka ego menganggap perlu menerapkan mekanisme pertahanan untuk melindungi individu.

b)    Rasa bersalah dan malu.
Rasa bersalah dan malu sering menyertai perasaan cemas. Kecemasan dirasakan sebagai peningkatan ketegangan fisik dan mental. Perasaan demikian akan terdorong untuk bertindak defensive/mempertahankan diri terhadap apa yang dianggap membahayakan nya. Penggunaan mekanisme pertahanan dilakukan dengan membelokan impuls id ke dalam bentuk yang bisa diterima, atau dengan tanpa disadari menghambat impuls tersebut.

Di beberapa aliran psikologi (terutama dalam teori psikodinamik), psikolog berbicara tentang “mekanisme pertahanan”, atau perilaku di mana kita berperilaku atau berpikir dengan cara tertentu untuk lebih melindungi atau “membela” diri kita sendiri.  Mekanisme pertahanan adalah salah satu cara melihat bagaimana orang-orang menjauhkan diri dari kesadaran penuh yg tidak menyenangkan perasaan dan perilaku.

Mekanisme pertahanan kadang kurang disadari – yang berarti sebagian besar dari kita tidak menyadari kita sedang menggunakan mereka pada saat itu. Beberapa jenis psikoterapi dapat membantu seseorang menjadi lebih menyadari mekanisme pertahanan apa yang mereka sedang gunakan, seberapa efektif hal itu dan bagaimana menggunakan mekanisme yang lebih efektif untuk masa yang akan datang (dikemudian hari).

Jenis-jenis Mekanisme Pertahanan diri


Berikut ini beberapa mekanisme pertahanan diri yang biasa terjadi dan dilakukan oleh sebagian besar individu, terutama para remaja yang sedang mengalami pergulatan yang dasyat dalam perkembangannya ke arah kedewasaan. Dari mekanisme pertahanan diri berikut, diantaranya dikemukakan oleh Freud, tetapi beberapa yang lain merupakan hasil pengembangan ahli psikoanalisis lainnya.

a)    Represi
Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustrasi, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu dapat dipandang sebagai bukti akan adanya represi. Tetapi represi juga dapat terjadi dalam situasi yang tidak terlalu menekan. Bahwa individu merepresikan mimpinya, karena mereka membuat keinginan tidak sadar yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Sudah menjadi umum banyak individu pada dasarnya menekankan aspek positif dari kehidupannya. Beberapa bukti, misalnya:
v    Individu cenderung untuk tidak berlama-lama untuk mengenali sesuatu yang tidak menyenangkan, dibandingkan dengan hal-hal yang menyenangkan,
v    Berusaha sedapat mungkin untuk tidak melihat gambar kejadian yang menyesakkan dada,
v    Lebih sering mengkomunikasikan berita baik daripada berita buruk,
v    Lebih mudah mengingat hal-hal positif daripada yang negatif,

b)    Supresi
Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar impuls-impuls dan dorongan-dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi) tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi)

c)    Reaction Formation (Pembentukan Reaksi)
Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi adalah ketika dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara represi atau supresi), dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini individu tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan. Kebencian, misalnya tak jarang dibuat samar dengan menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasih sayang, atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan. 

d)    Fiksasi
Dalam menghadapi kehidupannya individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustrasi dan mengalami kecemasan, sehingga membuat individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu yang sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri. Pada remaja dimana terjadi perubahan yang drastis seringkali dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.

e)    Regresi (Menarik Diri)
Reaksi ini merupakan respon yang umum dalam mengambil sikap. Bila individu menarik diri, dia memilih untuk tidak mengambil tindakan apapun. Biasanya respons ini disertai dengan depresi dan sikap apatis.

f)    Mengelak
Bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak. Bisa saja secara fisik mereka mengelak atau mereka akan menggunakan metode yang tidak langsung.

g)    Denial (Menyangkal Kenyataan)
Penyangkalan adalah penolakan untuk menerima kenyataan atau fakta, bertindak seolah-olah peristiwa, pikiran atau perasaan yang menyakitkan tidak ada. Hal ini dianggap salah satu yang paling primitif dari mekanisme pertahanan karena merupakan karakteristik dari  perkembangan anak usia dini. Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri. Misalnya, seseorang yang mengkonsumsi minuman beralkohol akan sering menyangkal bahwa mereka memiliki masalah minum minuman keras, mereka berusaha menjelaskan seberapa baik mereka tetap dapat berfungsi dalam pekerjaan atau hubungan-hubungan social mereka.

h)    Fantasi
Dengan berfantasi pada apa yang mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan kecemasan dan yang mengakibatkan frustrasi. Individu yang seringkali melamun terlalu banyak kadang-kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya itu lebih menarik dari pada kenyataan yang sesungguhnya. Tetapi bila fantasi ini dilakukan secara proporsional dan dalam pengendalian kesadaraan yang baik, maka fantasi terlihat menjadi cara sehat untuk mengatasi stres, dengan begitu dengan berfantasi tampaknya menjadi strategi yang cukup membantu

i)    Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah meletakkan sesuatu ke dalam kondisi yang berbeda atau menawarkan penjelasan yang berbeda untuk persepsi seseorang atau perilaku dalam menghadapi suatu realitas yang berubah.  Misalnya, seorang wanita yang mulai berkencan dengan seorang pria, dia benar-benar menyukai pria itu namun dlm perasaan cemas nya, ia malah berpikir tiba-tiba akan dibuang oleh pria tanpa alas an jelas. Dia membingkai ulang situasi di pikirannya dengan “curiga” yang tidak perlu. Rasionalisasi adalah menipu diri sendiri dengan mengubah pikiran buruk menjadi baik ataupun sebaliknya, biasanya untuk tujuan melindungi diri nya sendiri dari peruatan/pikiran buruknya.
Rasionalisasi sering dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mencari-cari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk.

j)    Intelektualisasi
Intelektualisasi adalah penekanan yang berlebihan pada pemikiran ketika dihadapkan dengan dorongan yang tidak dapat diterima, situasi atau perilaku apapun tanpa menggunakan emosi apapun untuk membantu memediasi dan menempatkan pikiran ke dalam konteks sebenarnya dari perasaan manusia. Daripada berurusan dengan emosi terkait yang dirasakan menyakitkan, seseorang mungkin menggunakan intelektualisasi untuk menjauhkan diri dari dorongan perasaan itu akibat kejadian atau perilaku tertentu yangterjadi. Misalnya, seseorang yang baru saja diberi diagnosis medis terminal (sakit parah), bukannya mengungkapkan kesedihan mereka dan berduka secara normal, malahan berfokus pada rincian semua prosedur medis yang mungkin sebenarnya sia-sia.

Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi, manusia dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya, dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalah secara obyektif.

k)    Proyeksi
Proyeksi adalah mengalihkan pikiran yang tidak diinginkan dengan melakukan suatu tindakan/sikap yang dirasionalisasikan. Proyeksi digunakan terutama ketika seseorang tidak dapat mengekspresikan pikiran / perasaan nya kepada objek seharusnya sebab mereka merasa benar-benar tidak nyaman dengan hal itu. Misalnya, seorang yang marah kepada pasangan nya, daripada mengatakan aku benci dia, maka dia akan mengatakan bahwa pasangan nya yang membenci dia (dibalik).

Individu yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia perhatikan itu akan cenderung dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Dalam hal ini, represi atau supresi sering kali dipergunakan pula.

l)    Disosiasi
Disosiasi adalah mekanisme pertahanan diri dimana ketika seseorang merasa kehilangan jejak waktu dan / atau orang dan malah menemukan keberadaan diri mereka dalam kondisi yang lain. Orang yang memiliki pengalaman buruk/traumatis pada masa kanak-kanak sering menderita beberapa bentuk disosiasi. Dalam kasus yang ekstrim, disosiasi dapat menyebabkan seseorang percaya bahwa mereka memiliki beberapa diri yang berbeda (“kepribadian ganda”). Orang yang menggunakan disosiasi sering memiliki pandangan yang dalam saat-saat tertentu  terputus dari diri keberadaan diri  mereka sendiri.  Dengan cara ini, seseorang yang terdisosiasi dapat “memutuskan diri” dari dunia nyata untuk sementara waktu, dan hidup dalam dunia yang berbeda/kepribadian yang berbeda yang tidak penuh dengan pikiran, perasaan, kondisi yang dirasa menekan dalam kondisi nyata mereka.

m)    Kompartementalisasi
Kompartementalisasi adalah bentuk disosiasi yang lebih rendah, di mana bagian dari diri terpisah dari kesadaran bagian lain dan berperilaku seolah-olah memiliki kepribadian yang terpisah dari nilai-nilai asli mereka. Sebuah contoh misalnya orang jujur ​​yang menipu pada pengembalian pajak pendapatan mereka dan terus menjaga dualisme sistem nilai mereka yang berbeda dan tidak-terpadu namun tetap sadar dari ketidakcocokan pola pikir mereka.

n)    Sublimasi
Sublimasi hanyalah penyaluran impuls yang tidak dapat diterima, pikiran dan emosi ke dalam pikiran, emosi dan impuls yang lebih dapat diterima. Misalnya, ketika seseorang memiliki impuls seksual yang mereka ingin untuk ditahan, mereka malah dapat memfokuskan energi itu untuk berolah raga. Sublimasi juga dapat dilakukan dengan humor atau fantasi. Humor, bila digunakan sebagai mekanisme pertahanan, adalah penyaluran impuls atau pikiran yang tidak dapat diterima menjadi sebuah cerita yang ringan-hati atau lelucon. Humor mengurangi intensitas dari suatu situasi, dan tempat untuk mentertawakan baik orang maupun impuls tersebut. Fantasi, bila digunakan sebagai mekanisme pertahanan, adalah penyaluran hasrat yang tidak dapat diterima atau tercapai ke dalam imajinasi. Misalnya, kita membayangkan tujuan akhir kesuksesan karir dapat membantu ketika mengalami salah satu pengalaman buruk misalnya kemunduran sementara di prestasi akademik. Keduanya dapat membantu seseorang melihat pada situasi dengan cara yang berbeda, atau fokus pada aspek-aspek dari situasi yang sebelumnya mungkin belum di ekplorasi.

o)    Kompensasi
Kompensasi adalah proses psikologis dengan cara menyeimbangkan kelemahan dirasakan dengan menekankan kekuatan di arena lainnya. Dengan menekankan dan berfokus pada kekuatan seseorang, seseorang mengakui mereka tidak bisa menjadi kuat di segala hal dan di semua bidang dalam hidup mereka.  Misalnya, ketika seseorang mengatakan, “Saya mungkin tidak tahu cara memasak, tapi saya yakin bisa mencuci piring,” mereka berusaha untuk mengkompensasi kurangnya keterampilan memasak dengan menekankan keterampilan mereka membersihkan gantinya. Ketika dilakukan dengan tepat dan tidak dalam upaya untuk selama-kompensasi, kompensasi adalah mekanisme pertahanan yang membantu memperkuat citra diri.

0 Response to "Mekanisme Pertahanan Diri"

Post a Comment