Dasar–dasar Bimbingan dan Konseling Kelompok

Dasar – dasar Bimbingan dan Konseling Kelompok

Mengacu pada pendapat Totok Santosa (1988, 70) dan Akta Mengajar V (1981, 37), dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan kelompok didasarkan atas lima hal yaitu :

1. Adanya kebutuhan dari klien akan suasana kelompok karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial.

Statemen tersebut di atas menggambarkan bahwa secara kodrati setiap manusia itu membutuhkan orang lain agar ia dapat melangsungkan hidupnya secara wajar. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat hidup secara normal tanpa orang lain. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, manusia membutuhkan manusia lain. Sebab pada hakekatnya ada hal – hal tertentu yang dapat dipenuhi oleh individu itu sendiri, tetapi ada hal – hal tertentu pula yang pemenuhannya harus melibatkan orang lain (kelompok). 

Misalnya untuk mengerjakan soal pada saat ujian, individu harus mengerjakannya sendiri agar ukuran keberhasilan bagi dirinya realistis. Tetapi untuk mengerjakan PR dapat dilakukan dengan belajar kelompok agar mereka terlatih untuk mengetahui pendapat orang lain, agar individu yang mampu dapat membimbing individu yang kurang mampu, dan mungkin pula mereka dapat belajar memecahkan persoalan dengan berbagai rumus dan cara yang lebih efektif dan efisien.
 
2. Adanya suatu masalah atau kesulitan dari klien yang lebih tepat atau harus diselesaikan dalam kegiatan dan suasana kelompok.
Masalah individu (klien) ada yang lebih sesuai diselesaikan dengan kegiatan dan suasana kelompok, misalnya klien yang sulit bergaul. Masalah ini tidak hanya cukup didekati dengan bimbingan individual (konseling perorangan). Karena tidak mendorong klien untuk berkomunikasi dan bergaul dengan orang banyak. Dengan kegiatan dan suasana kelompok, memungkinkan klien untuk mengembangkan potensi sosialnya. Masalah-masalah klien yang membutuhkan penyelesaian dengan kegiatan dan suasana kelompok adalah masalah yang tidak bersifat pribadi dan emosional, misalnya masalah sosial, masalah pendidikan, masalah pekerjaan, masalah penggunaan waktu luang, masalah penempatan dan penyaluran bakat dan minat, masalah pengajaran atau belajar.
 
3. Adanya masalah atau kesulitan klien yang relatif sama dengan klien yang lain sehingga memungkinkan diberikan bimbingan secara bersama-sama dalam suatu kelompok.

Walaupun setiap manusia itu tidak sama persis yang dalam psikologi disebut sebagai prinsip individual differences, tetapi secara umum perkembangan manusia itu mengikuti pola yang relatif tidak jauh berbeda. Demikian pula masalah – masalah yang dihadapi individu banyak yang relatif sama. Adanya persamaan masalah ini memungkinkan guru pembimbing menggunakan yang relatif sama.
 
4. Suasana kelompok baik negatif maupun positif diharapkan dapat menjadi umpan baik bagi pengembangan pribadi masing-masing anggota kelompok.

Dalam bimbingan kelompok akan muncul suasana kehidupan kelompok yang diharapkan berpengaruh bagi pengembangan pribadi anggota kelompok. Suasana kelompok dapat saja bersifat, misalnya suasana tegang karena adanya silang pendapat antar anggota kelompok, suasana kecewa karena usulnya tidak diterima, saling mengejek yang menimbulkan ketegangan, dan sebagainya. Suasana kelompok dapat pula bersifat positif, misalnya rasa gembira karena dapat menyelesaikan tugas sebagaimana yang telah direncanakan, keakraban di antara anggota kelompok karena merupakan kelompok yang satu ide, kedekatan perasaan antar anggota kelompok karena mereka berasal dari satu kelas, dan sebagainya.

Suasana tersebut hendaknya dimanfaatkan guru pembimbing agar dapat menjadi umpan bagi pengembangan pribadi setiap anggota kelompok dengan cara mengarahkan dan menunjukkan kepada mereka (kelompok) akan hakekat kehidupan dalam kelompok yang cenderung heterogen. Silang pendapat diantara anggota kelompok kelompok justru akan mendorong anggota kelompok untuk mencari alternatif lain yang dapat diterima semua pihak. Dan demikian silang pendapat ini akan bermanfaat untuk mengembangkan kreatifitas berfikir setiap anggota kelompok.
 
5. Pengembangan pribadi individu tidak boleh merusak pribadi-pribadi yang lain, dan sebaliknya kepentingan kelompok pada umumnya jangan pula mematikan perkembangan pribadi individu. Jadi harus dilandasi pengendalian diri, tenggang rasa atau tepo seliro. 

Dengan memanfaatkan suasana kelompok diharapkan setiap individu dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin. Tetapi harus diingat bahwa pengembangan diri yang optimal tersebut tidak menghambat dan merusak pengembangan pribadi orang lain, misalnya Arimbi selalu mempunyai ide yang baik dan diterima dalam setiap individu. Hal ini mendorongnya untuk cenderung mengemukakan pendapat dalam tiap diskusi dan tidak memberikan kesempatan kepada anggota yang lain untuk mengemukakan pendapatnya. Sebaliknya dalam kesempatan yang lain mungkin terjadi suatu kelompok yang berusaha menonjolkan kebersamaan kelompok tetapi mengabaikan kepentingan individu. Dalam hal ini individu tidak dibenarkan mengemukakan ide yang berbeda dengan ide kelompok. 

Misalnya suatu kelompok belajar yang selain melakukan kegiatan belajar juga dibarengi dengan arisan ala kadarnya. Arimbi pada kesempatan lain mengusulkan kalau kegiatan arisan sebaiknya ditiadakan. Pendapatnya ini didasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan belajar kelompok itu pada akhirnya cenderung lebih menjurus ke arisan dan sekedar kumpul-kumpul saja, sedangkan kegiatan kelompok belajarnya sudah tidak seefektif semula. Pendapat Arimbi ditolak oleh sebagian besar anggota kelompok, karena mereka yang sebagian besar menganggap bahwa kegiatan yang telah dilakukan selama ini cukup menyenangkan. Arimbi kecewa karena pendapat tidak mendapat tanggapan yang baik, dan dengan terpaksa keluar dari kelompok tersebut. Sebagian besar anggota kelompok tadi tidak berusaha mencegah agar Arimbi tidak keluar dari kelompok itu, bahkan cenderung mendorong agar dia cepat keluar dari kelompok itu. 

Jadi untuk kelangsungan hidup perlu dilandasi oleh sikap pengendalian diri, tenggang rasa atau tepo seliro diantara masing-masing anggota kelompok, antara anggota dengan kelompok, dan antara kelompok dan anggota. Disini tidak boleh berkembang sikap mau menang sendiri, benar sendiri, atau kuat sendiri diatas pengorbanan anggota kelompok yang lain.

0 Response to "Dasar–dasar Bimbingan dan Konseling Kelompok"

Post a Comment